Rabu, 07 November 2012
I. PENDAHULUAN
A. Iman
Pengertian
dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati; pembenaran
hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati
yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari
apa yang dibenarkan oleh hati
Iman
sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu
ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan
perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan
kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman
hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya,
harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.
Adapun
pengertian iman secara khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis di
atas ialah: keyakinan tentang adanya Allah swt., malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin
tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.[1]
Dalam hadis lain, yang senada dengan hadis di atas yang diriwayatkan oleh Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi, selain menyebutkan kelima hal di atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria yaitu: beriman kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk.
B. Islam
Islam
sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para
pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam
Quran, yaitu:
1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”.
2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”.[2]
Berdasarkan
2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh
Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia
yang memeluk agama tersebut.
1.Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.
2.Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan kepatuhan.
3.Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu berasal dari kata kerja.
Kata kerja asalnya ialah:
a.
Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia dalam
berhadapan dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui
kemutlakan kekuasaan Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia
yang berujud menghasilkan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
kebudayaan tetapi kalau dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan tidak ada
artinya.
b.
Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu
menyelamatkan, menentramkan dan mngamankan orang lain baik dari
kata-kata maupun perbuatannya.
c. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan diri sendiri
Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
1.Aspek vertikal
Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya). Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada Allah.
2.Aspek horisontal
Aspek
horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Islam
menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan dan
mengamankan manusia yang lain.
3.Aspek batiniah
Aspek
batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat
menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan
mental.
C. Ihsan
Ihsan berasal dari kata حَسُنَ yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah اِحْسَانْ, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an mengenai hal ini.
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan
menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya,
seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata
Allah swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini,
sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu
mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
II. IMAN, ISLAM DAN IHSAN
A. Hubungan Iman, Islam dan Ihsan
Iman, slam dah ihsan hubungannya sendiri sangat erat. Sebagaimana dalam hadits nabi SAW yang artinya:
Dari
Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk
disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba
datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan
berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh
dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya
kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya
berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka
bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah
engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian
dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia
pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku
tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia
dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku
tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah
kepada Allah seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya
maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku
tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya
tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku
tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba
melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan
dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba
meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam
sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wasallam)
bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril
yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)[4]
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi.
Atas
dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam
sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya,
iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam.
Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan)
dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan
terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran
dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi
rahasia Allah swt.
B. Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan
Antara iman,islam dan ihsan di samping saling berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya.
¤Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.
¤Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal.
¤ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Berbagai Pembahasan diatas kami simpulkan bahwa.
1. Iman, islam dan ihsan merupakan tripologi agam islam diman sesuai dengan hadits nabi diatas.
2. Iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena seseorang
yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi
dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak
didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah
3. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam
adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal,ihsan merupakan perwujudan
dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman
dan islam itu sendiri.
Allah save my live,,,,
BalasHapus